Kerusakan Terparah di Bagian Belakang Pesawat Qatar Airways Terkena Turbulensi

Insiden turbulensi parah yang dialami pesawat Singapore Airlines SQ321 mengungkapkan fakta lain. Salah seorang petugas medis yang memberi pertolongan pertama pada pasien setelah pesawat mendarat di Bandara Suvarnabhumi Bangkok mengungkapkan bahwa kabin belakang pesawat mengalami kerusakan terparah.

Dalam wawancara dengan Thai PBS dan diterjemahkan oleh 8world, petugas bernama dr. Wichanya itu menyatakan sebagai bagian dari tim medis yang ditempatkan di bandara, dia diinformasikan bahwa pesawat yang bermasalah akan mendarat dalam 30 menit dan banyak yang terluka di dalamnya. Informasi awal menyatakan seorang penumpang pesawat tewas dan 30 orang lainnya terluka.

Mengutip AsiaOne, Minggu breaking news dia segera bekerja mempersiapkan kedatangan pesawat dan mengaktifkan tenaga medis yang dibutuhkan. Dia mengakui bahwa awalnya skeptis ketika mendengar tentang jumlah orang yang terluka di dalam pesawat karena angkanya terus berfluktuasi.

Setelah pesawat mendarat 10 menit lebih awal dari perkiraan, dr. Wichyanya menjadi salah satu orang pertama yang memasuki kabin. Dia menggambarkan kabin depan hanya mengalami sedikit kerusakan atau bahkan tidak ada tanda-tanda kerusakan. Namun saat berjalan menuju ke tengah, dia menyadari bahwa ada lebih banyak kerusakan pada perangkat keras serta lebih banyak penumpang yang terluka.

Cuaca Mempersulit Penyelamatan

Dia menyatakan bagian yang mengalami kerusakan terparah dan jumlah korban luka terbanyak adalah bagian belakang pesawat. Dia menambahkan bahwa sesuai prosedur, evakuasi diprioritaskan kepada mereka yang mengalami luka ringan dan berat, dan mengeluarkan mereka dari pesawat untuk perawatan dan evaluasi sebelum membawa mereka ke rumah sakit.

“Suasana di dalam kabin saat itu sangat sepi. Kemungkinan besar para penumpang masih syok setelah mengalami pengalaman mengerikan tersebut,” ucapnya.

Cuaca buruk menjadi tantangan bagi semua orang yang terlibat dalam upaya penyelamatan. Petugas tanggap darurat harus segera mendirikan tenda di landasan dalam waktu 20 menit karena perkiraan akan turun hujan lebat, untuk menjamin kenyamanan penumpang yang dievakuasi. Peristiwa ini terjadi sekitar dua jam setelah pesawat mendarat dan operasi masih berlangsung.

Menurut dokter yang telah bekerja di bandara selama 12 tahun itu, kondisi tersebut adalah keadaan darurat medis berskala besar pertama yang ditangani timnya. Dia juga menggambarkan kerja tim yang terlibat serupa dengan penyelamatan gua pada 2018 yang melibatkan 12 anak laki-laki dari tim sepak bola dan pelatih mereka di Chiang Rai. Dia menambahkan, para penumpang patuh dan memberi jalan kepada tim medis.